Testimoni Ibu Eustasia Retno Setyaning Angkatan 260 (November 2017) [Tulisan]

8 May 2018 zhenqi 0 Comments

Saya penderita kanker payudara stadium 3B. Dokter bilang kesempatan hidup saya tinggal 20%. Saya diharuskan operasi pengangkatan payudara. Karena kankernya sudah membesar maka dokter menyarankan untuk dilakukan kemo terlebih dahulu sebanyak tiga kali. Setelah mengecil dan lembek baru dilakukan operasi. Dan akan dilakukan kemo tiga kali lagi setelah operasi. Karena sebelum dilakukan operasi kanker tersebut besar dan keras.  Pertumbuhan kanker tersebut tidak menonjol keluar,  tetapi tumbuh membesar dan mengeras di dalam payudara. Sehingga hanya ada benjolan kecil yang juga keras di atas payudara.  Setelah benjolan yang semula tidak berwarna kemudian berubah menjadi merah lalu bersisik.  Jika dibiarkan akan berlubang dan berbau busuk.  Kemo pertama dan kedua merupakan kemo yang paling berat.  Setelah sehari di rumah saya pasti masuk IGD dan ditransfusi darah karena kondisi  fisik saya yang menurun drastis. Pada kemo ketiga saat dikemo saya berusaha melakukan meditasi. Ternyata ada efeknya. Biasanya sehari setelah kemo rongga mulut  sampai tenggorokan mengalami sariawan parah. Rasa terbakar di tenggorokan.  Sehingga untuk minum saja susah apalagi untuk makan.  Meskipun makanan sudah dibuat  cair, tetapi tetap saja tidak bisa menelan.  Muntah dan diare berkepanjangan. Stamina menurun drastis.  Selain  itu tulang di seluruh tubuh terasa sakit.  Saya sampai tidak bisa bangun  dari tidur jika tidak dibantu orang lain.  Tetapi setelah saya melakukan meditasi saat kemo ketiga,  ngilu tulang hanya sebatas lutut.  Sehingga saya bisa bangun tidur tanpa dibantu orang lain.  Berdasarkan pengalaman kemo sebelumnya,  setelah kemo,  sariawan  dan rasa terbakar di tenggorokan akan selalu muncul. Saya mencoba melakukan meditasi dengan membuka mulut saya,  tetapi lidah tetap nempel di atas. Hal ini saya lakukan setelah pulang dari kemo sampai besok paginya.  Dan hasilnya keesokan harinya saya tidak mengalami lagi sariawan dan rasa terbakar pada tenggorokan.  Sehingga saya bisa makan apa saja tanpa dibuat bubur terlebih dahulu.  Karena takut tidak bisa operasi,  setelah kemo ke tiga,  saya giat melakukan meditasi,  sebab jika kanker tidak mengecil pada kemo ke tiga maka akan dikemo  lagi sampai kanker mengecil.  Saya tidak ingin hal itu terjadi.  Saya rajin melakukan meditasi 6 jam dalam sehari.  Setiap kali melakukan meditasi,  kanker saya terasa sakit.  Lalu badan,  kaki dan tangan saya ngilu-ngilu tetapi lama kelamaan rasa sakitnya akan  menghilang.  Saya berfikir mungkin ini merupakan proses penyembuhan. Setelah meditasi hari ke tujuh,  saya mengalami tungkuan.  Saya seperti didatangi oleh Yesus. Dia berkata mengapa kamu minta pertolongan kepada manusia.  Mengapa kamu tidak meminta kepadaku.  Aku pasti akan mengabulkannya. Saya menangis sejadi-jadinya. Karena saya menyadari selama ini saya berdoa tidak pakai hati dan saya tidak selalu menyerahkan hidup saya kepada Tuhan.  Setelah tungkuan,  saya masih melakukan meditasi seperti biasa 6 jam sehari.  Meditasi hari ketiga saya merasakan ingin buang air kecil di kamar mandi. Setelah buang air kecil saya merasakan baju saya basah.  Saya melihat baju saya bersimbah darah. Saya heran.  Ini darah apa.  lalu saya buru-buru membuka baju saya.  Dan suuurrrr. Darah segar menyembur keluar dari benjolan seperti air mancur.  Deras sekali. Saya takut sekali,  semburan darah itu terus mengalir dan tidak berkurang sedikitpun.  Saya sudah berpikir wah…jangan-jangan ini sudah waktunya saya untuk dipanggil yang Kuasa. Saya sudah pasrah karena darah itu lama sekali mengalir ya.  Karena pasrah maka saya liatin saja semburan darah itu. Kalau memang sudah waktunya mau diapain lagi. Tetapi tiba-tiba semburan itu mulai berkurang perlahan-lahan. Sampai akhirnya keluar darah disertai dengan cairan bening yang lengket. Dan akhirnya semburan itu berhenti.  Saya bersyukur ternyata saya masih diberi kesempatan untuk hidup. Besok paginya luka itu sudah mengering dan kanker saya ukurannya mengecil dan lembek. Hari berikutnya saya check ke dokter untuk memastikan apakah kanker payudara saya sudah bisa diangkat.  Setelah dokter memeriksa, dia heran.  Kok bisa mengecil dan lembek dalam waktu cepat. Lalu dokter memberi jadwal untuk operasi.  Saya menceritakan peristiwa mengalirnya darah dari payudara.  Dokter agak tidak percaya,  apa betul meditasi bisa mengecilkan kanker dan menjadikannya lembek.  Saya berkata ini saya yang menjadi buktinya. Operasi berjalan lancar. Saya kembali melakukan kemo untuk menghindari tumbuhnya kembali sel kanker.  Tetapi semuanya saya jalani dengan santai karena dengan meditasi,  semua efek kemo bisa hilang.