Tahun 2002, saya terdeteksi ada tumor ganas di payudara sebelah kiri. Tumor ganas sebenarnya jarang terjadi pada orang usia lanjut seperti saya yang waktu itu berusia 67 tahun. Pertumbuhannya amat cepat karena tumor itu sudah hampir 1,5 cm padahal satu tahun sebelumnya masih tidak terdeteksi dengan mammogram.
Karena dokter menganggap tubuh saya cukup kuat, maka saya diberikan “pengobatan lengkap”: setelah operasi pembuangan tumor, lalu kemoterapi dan ditambah radiasi. Rambut rontok, tubuh sering meriang dan cepat sekali lelah. Karena efek samping, telinga sebelah kiri saya agak sulit mendengar.
Saya menjalani semua ini ketika saya tinggal di Australia, dokter-dokter di sana tidak pernah mau bilang bahwa “kanker kamu sudah tidak ada”, karena menurut mereka, walau dengan melakukan “pengobatan komplit” ini kemungkinan kembalinya kanker selalu masih ada 10-15%.
Di rumah sakit banyak kelompok penyintas kanker (cancer survivors) yang rutin mengadakan pertemuan, kami saling membantu dan menguatkan dengan berbagi pengalaman. Kami juga dianjurkan untuk merubah pola hidup, dengan makanan sehat, berolah raga dan juga bermeditasi.
Kebetulan ada yang memperkenalkan saya ke meditasi Zhen Qi Yun Xing. Meditasi ini berasal dari Tiongkok. Konon merupakan rahasia para kaisar yang sudah beredar lebih dari 5000 tahun. Ilmu ini sempat hilang, namun ditemukan kembali dan dikembangkan oleh dokter Li Shao Po yang memimpin rumah sakit di Lanchou, China. Profesor Li sendiri mempraktekkan Zhen Qi hingga beliau meninggal pada usia 105 tahun.
Zhen Qi Yun Xing artinya energi yang bersirkulasi. Pelatihan Zhen Qi dapat membuka kembali sambungan dua meridian utama di tubuh manusia, yaitu meridian Ren dan Du, sehingga kita dapat bernafas seperti ketika dalam rahim ibu. Qi adalah energi kehidupan, bila Qi bersirkulasi lancar maka tubuh sehat, bila tersendat maka tubuh bermasalah. Ketika Qi habis, tubuh akan mati.
Latihan pernafasan ini amat mudah diikuti, hanya duduk dikursi dengan punggung tidak bersandar, tegak namun tidak tegang, serta meletakkan kedua tangan saya di atas paha. Mata tertutup atau sedikit dibuka, dan lidah diletakkan di langit-langit mulut. Kelas meditasi ini diajarkan selama 13 hari berturut-turut, selama 3 jam sehari.
Dengan berlatih 1 sampai 2 jam dalam sehari, saya merasa jauh lebih berenergi, pikiran pun lebih tenang karena rutin bermeditasi. Tubuh yang lemah perlahan-lahan kembali normal, walau tidak sepenuhnya seperti semula, hingga kini telinga kiri tetap susah mendengar. Saya juga berusaha makan lebih banyak buah dan sayuran , memilih masakan yang direbus/kukus dibanding goreng, dan minum air yang telah disuling.
(Nama Tidak Dicantumkan Demi Terjaganya Privasi Member Kami)